"Kita sudah cukup begini, kita hanya punya nama baik, itu saja yang harus kita jaga terus." (Muhammad Hatta)

Coretan Sotoy Untuk Pemilu

Selasa, 08 April 2014

Jangan sampai hasil pemilu kali ini adalah sampah. (sumber gambar: detik.com)
Assalamu'alaikum, Wr, Wb.

Sebetulnya, tulisan tentang PEMILU ini harus di publish kemarin-kemarin, kemarennya lagi, pada pagi sekitar tanggal 6 april di blog nomor 1 (di dunia kambing) ini. Tapi apa daya, gw masih terlalu sibuk jadi orang sangat gak penting, banyak kerjaan pemotretan berbagai majalah sana-sini buat jadi model sampul.

Ok, PEMILU. Pemilu 2014 ini bener-bener bikin galau. Ya, gw galau mau milih yang mana, maklum caleg-calegnya gajebo bagus-bagus semuaaaa... Gw kadang suka berpikir diantara kegalauan dalam memilih ini, berpikir kalo seandainya pemilu 2014 ini semudah lagu Vety Vera yang kayak gini : "Kamu pilih yang mana? Atas-atas. Kamu suka yang mana? Bawah-bawah. Kalo saya boleh usul yang sedang-sedang saja... hoy hoy..."

Ya, yang sedang-sedang aja. Kayak masak nasi liwet, kalo terlalu kurang aernya, nasi masih menjadi gigih (mentah), tapi airnya kebanyakan juga malah lebih mirip bubur. Pokoknya seperti itulah, yang sedang-sedang aja. Maklum, negara kita ini masih negara berkembang, udah lumayan kaya, tapi banyak juga yang kismin. Udah lumayan maju, tapi masih ada aja yang mundurnya banyak. Udah lumayan cerdas, tapi masih banyak aja yang bodoh-membodohi. Udah lumayan bersih, tapi masih ada aja yang sok munafik-munafikan malah beneran munafik-munafikannya.

Ini milih caleg genk, gak semudah memilih "cintamu padanya" (apa coba?). Asal lo tau genk, pemilu kali ini sama kayak elu milih cewek-cewek yang gak lu sukai di JKT48 saat mereka bareng-bareng ngegodain elu. 

Ok, aku pahami itu kawan-kawan, rekan-rekan pemuda sekalian sebangsa dan setanah air! Pemilu kita kali ini masih terbilang membingungkan. Pemilu di Negeri yang tercinta ini masih bisa dibilang belum terbebas dari kemunafikan-kemunafikan. Pemilu yang telah menghabiskan uang puluhan triliunan rupiah yang kita kumpulkan dari rokok yang kita hisap. Dari pajak-pajak para pembantu dan anak-anaknya, atau pun pajak-pajak para konglomerat dan kolega-koleganya. Dari devisa-devisa yang masuk melalui buruh-buruh migran kita yang belum kompetitif dan masih dibayar murah. Atau pun dari gadai-menggadai, jual-menjual, tukar-menukar kekayaan ibu pertiwi yang tiap hari di keruk! Pemilu kita tetap belum seutuhnya menemukan jatidiri sebagai hajatan demokrasi yang aduhai.

Tapi janganlah pesimis kawan! Janganlah kau jatuh dalam kerisauan-kerisauan yang bisa saja mencederaimu kelak. Janganlah kau ikut bodoh, ikut tertelan dalam egoisme apatis yang sebetulnya hanya akan membawa ke dalam luka yang sangat dalam. Ayo, kita bangun hajatan demokrasi ini menjadi awal dari sejarah yang mungkin saja akan membanggakan. Ayo cerdaslah dalam memilih kawan-kawan.

Pemilu ini soal bagaimana perut dan jidatmu terasa lebih nyaman dibawa 5 tahun ke depan, meski kita tahu bahwa sejatinya perut dan jidat ini adalah ciptaan langit. Langit memang yang menciptakan tentang bagaimana nafsu dan nurani ini menyatu, hidup bersama dalam sebuah sistem yang ternyata di dalamnya berisi soal apa itu kenyamanan, keamanan dan keberkahan. Ingat, untuk soal itu, langit tentu tak menuliskan sebagai sebuah suratan mutlak. Langit akan mengevaluasi setiap tindakan-tindakan yang kita lakukan untuk mendapatkan itu.

Sama seperti Negara ini, sebuah sistem yang berawal dari harapan-harapan atas nama kenyamanan, keamanan dan keberkahan. Namun tentu, aku tahu bahwa 3 hal tadi tak selalu hadir. Tak sepenuhnya hadir di Negara ini. Hadir dalam semangat yang sehebat anak-anak miskin di pelosok sana. Hadir dalam harapan-harapan yang menjulang tinggi melewati tumpukan-tumpukan sampah para pemulung di sudut kumuh sana. Aku tahu itu, sehingga membuat aku kadang harus berpikir, pun seperti "untuk apa pemilu ini?" sempat terpikir olehku.

Tapi aku sadar pada akhirnya. Bahwa inilah awal dari kita memperjuangkan kenyamanan, keamanan dan keberkahan atau ke-an-ke-an yang lainnya. Inilah titik dimulainya bahwa perut dan jidatmu layak masuk ke dalam sistem Negara yang seharusnya baik. Dari Pemilu ini lah, kita ditantang untuk menentukan pilihan tepat, bijak, menggunakan hati, menggunakan apa yang kau sebut rasional. Menggunakan sesuatu yang selalu disebut 'Kemahsyuran Manusia', yaitu akal dan pikiran.

Aku tahu, tak semua yang menempel di batang-batang pohon itu, di tiang-tiang listrik atau di sela-sela sinetron kesukaanmu. Menempel bersama kata-kata, kalimat-kalimat yang memang tak selalu terdengar menyenangkan hati. Aku tahu itu. Kalimat-kalimat itu, janji-janji itu, mulut-mulut itu seperti cuma kata-kata para motivator, yang bisa hilang begitu cepat dalam benak.

Aku tahu, terkadang nafsu ini memberontak saat mereka, para calon penyambung lidahmu, bersama calo-calonya datang dengan amplop-amplop uang mereka. Datang dengan bantuan-bantuan sembako mereka. Datang dengan kontrak-kontrak janji politik mereka. Datang dengan gagah, membuat bising telingamu dengan perkataan-perkataan yang kadang juga membosankan. Aku tahu, nafsu itu terkadang enggan untuk tak munafik. Nafsu itu selalu ingin seperti itu, puas dengan angka-angka sesaat, dengan apa yang di sebut pragmatisme oleh para pakar.

Jika memang nafsumu seperti itu tak apa, ambil saja uang mereka. Anggap saja itu rezeki dari langit yang akan memiskinkan mereka, mencerahkan mereka dan menginsyafkan mereka dari tradisi-tradisi yang bodoh dan usang itu. Untuk saat ini, maklumi saja lah tingkah bodoh mereka. Tapi ingat! tetaplah semangat menilai mereka, mengobservasi mereka, berharap optimis dan mengawasi mereka dalam pemilu kali ini. Karena cuma itulah satu-satunya jalan saat ini, menciptakan perubahan untuk 5 tahun ke depan. Dan untuk pemilu-pemilu berikutnya di waktu mendatang.

Jika tidak sekarang ikut menjadi pemilih cerdas, mau sampai kapan kita akan disuguhkan tentang terancamnya, atau bahkan hilangnya kenyaman, kemanan, keberkahan dan ke-an-ke-an lainnya. Jika sampai sekarang saja masih menjadi golput, mau sampai kapan kita mendengar bahwa telah terjadi kecurangan disana-sini, di semua lini, di sistem negara ini.

Ayo kawan, memilihlah. Cerdaslah menjadi pemilih, atau setidaknya berusaha untuk cerdas, dengan niat yang baik. Niscaya, langit akan mendengar ikhtiar kita. Termasuk soal pemilu kali ini, ikhtiar demi majunya sistem yang akan membawa perut dan jidatmu 5 tahun ke depan di Negara tercinta ini.

Golput cuma solusi ompong yang murahan. Solusi yang tak bisa membawa perubahan besar untuk perut dan jidatmu.

Demikianlah coretan dari gw. Badewe... gw barusan abis makan ikan asin, makanya ngomong jadi nyerocos gak karuan kek gitu... :D

Wassalamu'alaikum, Wr, Wb.
-------------------------------------------------
Tangerang, 8 April 2014
Gw sudah punya pilihan. Ayo kawan, siapkan pilihanmu.
Memilihlah untuk Negaramu!

8 komentar:

  1. keren.
    memberikan kesan bahwa sang penulisnya cerdas :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha... itu efek dari ikan asin...
      Gak lah, itu sengaja gw bikin biar gw keliatan cerdas. Padahal aslinyamah bloon gw...

      Hapus
  2. Anggaran pemilunya ditulis genk. Biar pada nangis yg golput. Mari kita memberi andil untuk negeri, genk!
    Semangat genk biar cepet dapet jodoh :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anggaran pemilu kali ini kalo gak salah 27 triliun, nambah lagi kemaren-kemaren 1,3triliun... buset, itu duit apa ranginang ya..??

      Hapus
  3. Aku pilih Golput, Golongan Pencari Uang Tunai

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha... sama aku juga... BTW, pake sistem NPWP gak? (Nomor Piro Wani Piro) :D

      Hapus

Kalau mau komen silahkan komen. Siapa aja boleh komen, apa aja asal tidak menghina SARA. Woles men...