"Kita sudah cukup begini, kita hanya punya nama baik, itu saja yang harus kita jaga terus." (Muhammad Hatta)

Korban TV (Bagian 1) : Seperti '28 Days Later'

Senin, 20 Juni 2011

Siang itu, mata pejamku terbuka karena panas kamar tak berkipas angin seolah mengetuk tidurku. Bangunkan aku seperti memaksa menendang-nendang. Aku bangun, bergegas menatap jam dinding yang saat itu menunjuk hampir ke angka 12. Punggungku terasa basah karena keringat. Juga keningku, harus basah karena luapan keringat. Benar, siang itu teramat panas. Sepertinya sistem pertahanan atap rumahku berhasil dilumpuhkan panas. Panas berhasil merebut tirani kesejukan dalam kamar kala itu.

Bergegas aku bangun dari kasur kapuk tak beranjang yang menjadi teman setia saat indah terlelap. Teko alumunium di dapur adalah tujuan pertamaku. Ya, tanpa ampun kuhabiskan 2 gelas air putih kala itu. "Ah mantabbsss..," pikirku sesaat setelah meredam deruan dahaga dengan 2 gelas air putih tersebut.

Tapi kau tahu? sepi. Benar, rumahku terasa sepi. Tak ada siapa-siapa di rumah. Sepi! Benar, aku tak mendengar deru laju mesin, ceria bebek-bebek bernyanyi milik paman atau pun riuh gembira anak-anak di halaman depan rumahku.

Pintu dapur yang bisa menembus ke halaman belakang kubuka. Aku berjalan sejauh 20 meter ke arah jalur pipa gas milik Pertamina yang difungsikan juga sebagai jalan setapak yang sering dilalui kendaraan roda dua. Aku pandang sekelilingku, sejauh mungkin kutugaskan mataku untuk melihat. Tapi gagal, mataku tak berhasil menangkap objek bergerak satu pun. Baik manusia maupun hewan, tak berhasil kulihat. Pangkalan ojeg yang jaraknya sekitar 50 meter dari tempatku berdiri terlihat kosong-melompong. Tak ada satu tukang ojeg pun menjajakan jasa kuda besinya. Warung di samping pangkalan ojeg pun tutup. Pun dengan jalan aspal kampung di depannya, tak ada satu kendaraan lewat. "nggak mungkin," sudah sekitar 5 menit aku berdiri, menatap panik ke sekeliling arah, aku tak melihat siapa-siapa.

"Nggak mungkin kayak gini. Ini pasti mimpi!" kepanikan memaksaku kembali ke dalam rumah. "28 Day's Later, gila... ini kayak 28 Day's Later!" pikirku  semakin panik di balik pintu dapur yang baru saja kututup.

"Keluarga," kata itulah yang terlintas. Aku periksa seluruh ruangan dalam rumah. Bersama keringat ketakutan, aku lantang berteriak memanggil setiap anggota keluarga. "Ngehe...! Pada kemana semuanya nih...!" Aku tendang dengan keras salah satu pintu lemari yang terbuka. Tetap saja, rumahku sepi. Tak ada seorangpun di rumah kecuali aku, satu-satunya makhluk hidup diantara riuhnya benda mati.

Widji Thukul, Sang Sastrawan Gembel - Hilang Karena Berperang Melawan Tirani Murahan.

Minggu, 12 Juni 2011

"Widji Thukul, Sang Sastrawan Gembel - Hilang Karena Berperang Melawan Tirani Murahan." Itulah judul yang bakal gue tulis kali ini. Yappzzz.... Tentang Widji Thukul teman... Seorang Sastrawan besar yang lahir dari keluarga tukang becak. Seorang pujangga miskin yang hingga kini hilang tak berjejak.
Source : Wikipedia
Pertama kali gue tahu bahwa ada sastrawan besar bernama Widji Thukul adalah saat gue baca buku 23 Naskah Terbaik Lomba Mengulas Karya Sastra, sebuah buku yang gue ambil dari tas abang gue yang waktu itu dia masih kelas 3 SMEA.

Fiksi-fiksian Di Twitter.

Jumat, 03 Juni 2011

Akhirnya, gue bisa posting lagi... Hahahaha, mumpung ada koneksi gratis nih... Wkkkekekekkek...

"Fiksi-fiksian di Twitter", itulah judulnya kali ini (wuidih, makin gaol guilla geeettoooo nih si Bgenk, pake punya akun Twitter sgala... Wew..!). Yayayaya, kini selain cebok-cebokan cebuk-cebukan, si Bgenk juga aktif nge-Tweet, biar kata cuma seminggu 2 kali (Itu mah bukan aktif genk, tapi pelit bujurbuneng...).


Ya, perkembangan teknologi yang semakin kuenceng, tak lantas membuat si tampan Bgenk untuk ketinggalan. Yoman, si Bgenk yang kini berbeda dengan si Bgenk 3 Tahun lalu yang over gaptek, sampe-sampe tugas buat bikin e-mail (dibacanya bukan e-ma-il, tapi imel) 3 tahun lalu harus bayarin temen sewa warnet + angkotnya buat bikin sebuah email... Wkwkwkwkkwk...

Bektudetopik... Fiksi-fiksian, alasan itulah yang membuat si Bgenk seneng nge-Tweet. Apalagi setelah tau ada @fiksimini dengan hastag #fiksimini, yang punya aturan main bikin cerita kurang dari 140 karakter. Oh iya, gw sendiri baru tau ada @fiksimini pas gue beli nasi uduk, kalo gak salah sebulan yang lalu... (Lha apa hubungannya genk antara nasi uduk sama @fiksimini di twitter?)