"Kita sudah cukup begini, kita hanya punya nama baik, itu saja yang harus kita jaga terus." (Muhammad Hatta)

5 Penyanyi Dangdut Perempuan Terseksi

Jumat, 29 April 2016

sumber: bintang.co
Assalamu’alaikum, Wr, Wb.

Sesekali bolehlah saya bikin tulisan iseng dan tentu saja tidak bermakna seperti tulisan-tulisan saya sebelumnya. Hehehe...

Ya kali ini saya akan ngomongin dangdut. Salah satu jenis musik yang  irama dan liriknya dapat dengan mudah diterima oleh kalangan akar rumput seperti saya. Salah satu jenis musik yang irama dan liriknya selalu laris manis saat musim adu politik tiba. Salah satu jenis musik yang irama dan liriknya selalu dipandang jauh dari kemahsyuran seni ala barat oleh para nasionalis borjuis peniru barat, yang menganggap bahwa dangdut tidak bisa sejajar dengan musik jazz atau musik klasik. Padahal saya yakin, seandainya dulu Miles Davis dan Wolfgang Amadeus Mozart sudah mendengarkan lagu Rembulan Bersinar Lagi kepunyaan ayah  Mansyur S, mereka tentu akan memuji-muji bagaimana dangdut bisa begitu easy listening di telinga (kalau gak percaya, datang aja sono ke kuburannya Mozart bawa VCD-nya Mansyur S).

Meski dari sisi gengsi dalam label intelektualitas dangdut kalah pamor, setidaknya di Indonesia kini dangdut menjadi jenis musik yang menguntungkan secara komersil. Terbukti, penyanyi-penyanyi dangdut Ibukota yang sudah masuk TV Nasional sudah bisa hidup bergelimang harta. Juga acara-acara musik dangdut yang kian hari kian dikemas menarik dan glamour baik di TV-TV maupun di acara hajatan-hajatan, meski kadang mengenyampingkan etika.

semua perempuan sama saja

Kamis, 21 April 2016

kalau menggoda hatinya
kami harus lemah lembut
tak boleh marah dan cemberut

dan kalau ingin meraih cintanya
kami harus pantang menyerah
tak boleh cengeng dan payah

Kritik Pedas Untuk Portal Website Pemerintah Kabupaten Tangerang

Selasa, 19 April 2016

ilustrasi gambar: simpelmenarik.blogspot.com
Assalamu'alaikum, Wr, Wb.

Ide untuk menulis tentang kritik terhadap portal website pemerintah daerah Kabupaten Tangerang ini awalnya muncul di perbincangan kopdar bloger Tangerang pada medio januari 2014 lalu. Celetukan pertama datang dari Kang Kombor yang bilang "Coba gw orang sini, gw tulis tuh website Kabupaten," kurang lebih gitu deh perkataan Kang Kombor.

Detik demi detik berlalu, menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari, sampai berbulan-bulan. Bertahun-tahun, sampai gatet (singkong mentah yang dikupas kulitnya terus digantungin sampe berbuluk) di belakang rumah tak tersisa karena udah menjadi nikmat coy dicampur parutan kelapa. Hehehehe....

Begitu lamanya waktu berlalu tetap saja, portal resmi milik pemerintah daerah tercinta saya yang beralamat di www.tangerangkab.go.id tidak pernah ada perubahan. Merasa terbebani secara moral dan keilmuan (ciaaa sombong amat saya...), akhirnya saya coba memberanikan diri untuk sok pintar melakukan analisa, riset, dan lain sebagainya secara mandiri. Menjadi orang yang paling kepo dan usil atas urusan orang. Ralat, atas urusan publik. Ketahuilah, portal website pemerintah ini pasti dikembangkan dari dana pajak milik rakyat, tentu saja untuk keperluan rakyat, dan merupakan hal yang wajar apabila rakyat perlu tahu hal tersebut.

Usil: buat apa menjadi pintar?

Senin, 18 April 2016

"Buat apa menjadi pintar, kalau menjadi pintar hanya membuatmu sombong? Lebih baik ikut denganku, kita ngopi sambil merokok, akan kutunjukan padamu bagaimana kami (orang bodoh) menikmati kekalahan tanpa membenci pemenangnya." (Gung Kasep)

buat dokter di rumah sakit mahal

Minggu, 17 April 2016

sejak kapan kalian tega
dokter, suster, mantri, dan satpam jaga
sepupuku baru saja kena PHK
kalian minta sepuluh juta

anak balitanya kena DBD
kami minta UGD
kalian minta DP sepuluh juta
anak balitanya baru akan sehat sentosa

Kapitalisme Agama di Indonesia Menurut Profesor Agung Tampan

Jumat, 15 April 2016

Dalam kapitalisme ada yang disebut ‘komoditi’, sesuatu yang memiliki nilai guna dan nilai tukar. Karl Marx berkata bahwa “Untuk menjadi sebuah komoditi, sebuah produk harus bisa ditransfer kepada yang lain, di mana produk tersebut tetap memiliki nilai guna melalui alat pertukaran.” 

Lalu bagaimana jika kapitalisme telah menjadikan agama sebagai komoditas? Mungkinkah kapitalisme agama terjadi di Indonesia?

Menurut seorang filsuf kuno nan katro bernama Profesor Agung Tampan dalam bukunya yang berjudul ‘The Theory of Ngeblang and Thinking Revolutionair Like Mario Teguh Golden Ways’ yang tidak pernah diterbitkan mengatakan bahwa “Hal itu seharusnya tidak bisa terjadi, karena agama sejatinya hanya boleh memiliki nilai guna. Nilai guna bagi hambanya terhadap Tuhannya. Nilai guna berupa kepatuhan seorang hamba kepada Tuhannya.”

Sajak 2016

Senin, 11 April 2016

Orang kota makin ganas.
Tak cukup hilir mudik peti kemas.
Dan uang-uang di brankas.
Pendidikan, kesehatan, dan agama pun dijadikan komoditas.
Dijual mahal lewat bujuk rayu masa depan berkilau emas.

Ah sialan, kampungku menjadi kota, dan duitku tak pernah cukup membeli itu


---------
Tangerang, 11 April 2016.