"Kita sudah cukup begini, kita hanya punya nama baik, itu saja yang harus kita jaga terus." (Muhammad Hatta)

sajak terbang

Jumat, 25 Desember 2015

di atas mata
fajar merah yang tawarkan cerah
menggodaku biar mau terbang
aku terbang tapi jatuh
aku terbang lagi, tapi jatuh lagi
belum sempat kujilat
fajar merah yang tawarkan cerah
aku jatuh lagi

aku hampir saja putus asa
tapi aku memilih untuk tak menyerah
di bawah mata
di balik lembut halimun senja
masih banyak orang terluka
berkelahi melawan api
dan senyum indah duniawi

aku tak mau menyerah
aku terbang lagi
sampai terhenti denyut di urat nadi


-------------
Tangerang, 25 Desember 2015

5 Alasan Mengapa Kamu Harus Nonton Film Layar Lebar di TV Gratisan Aja

Senin, 21 Desember 2015

Sumber gambar: http://brainconnection.brainhq.com/
Assalamualaikum, Wr, Wb.

Siapa sih yang gak suka film (yang dalam bahasa Sunda disebut pilem)?

Orang-orang masa kini tentu saja suka dengan pilem, mulai dari pilem kartun, pilem aksi, drama percintaan, komedi, horor, pilem biru, dan panas dingin kayak pilem percintaan masa kini yang pemain utamanya bisa berubah jadi ular terus melawan naga. Pilem beserta turunannya seperti sineron, telenopela, eptipi, de el el telah menjadi hiburan baru di masyarakat kekinian dan sekaligus telah menjadi salah satu mata pencaharian yang sangat WOW (dibaca; industri padat modal) bagi sebagian orang seperti pemaen pilemnya, rumah produksinya, perusahaan bioskop, perusahaan-perusahaan tipi, de es be.

Ngomongin film (yang dalam bahasa Sunda disebut pilem), tentunya para pembaca juga pasti pernah nonton pilem kan? Khususon pilem layar lebar, yang durasi tayangnya antara 80 sampai dengan 120 menit. Di negeri tercinta Indonesia, pilem layar lebar atau yang orang kampungan saya bilang pilem tuwenti wan karena memang pilem itu waktu pertama kali keluar hanya bisa disaksikan di jaringan bioskop tersebut (meski sekarang ada banyak bioskop sih selain tuwenti wan). Selain bisa ditonton lewat layar bioskop yang AC-nya dingin beud, pilem layar lebar juga bisa ditonton lewat internet via situs yang bikin perih mata karena baner iklannya. Atau lewat DVD bajakan yang sekeping 10 rebu dengan kualitas gambar memprihatinkan. Dan atau juga lewat layar tipi yang iklannya bujubuneng dan ada kuisnya. Enak beud kan hidup di Indonesia? :D

Saya pribadi sendiri sebetulnya kalau nonton pilem layar lebar lebih suka nonton di TV (dalam bahasa Sunda disebut tipi). Tipi berbayar? Tentu saja bukan. Ya di tipi gratisan aja, yang sinyalnya bisa ditangkap pake antena kawat aja. Hehehe, kenapa eh mengapa? Saya punya 5 alasan, baca aja di bawah ranjang sini ya:

Buku Yang Belum Dikembalikan

Sabtu, 19 Desember 2015

Assalamualaikum, wr, wb.

Sekarang sabtu 19 desember 2015, sudah lima hari terakhir ini rasa malas begitu memuncah. Entahlah, mungkin faktor cuaca yang membuat matahari seperti malu-malu kucing untuk hadir di kehidupan. Atau justru hujan yang sedang jinak-jinak merpati sejak tiga hari terakhir ini untuk diperjuangkan? hihihihi... entahlah.

Hari ini berarti tiga bulan sudah pula batas tenggat waktu sebuah buku yang berjudul ‘Tan Malaka, Pergulatan Menuju Republik 1897 – 1925’  karya Harry A. Poeze yang saya pinjam dari Perpustakaan Daerah Kabupaten Tangerang terlewat. Buku tersebut belum saya kembalikan (Ohmaygat gung, balikin lah tuh buku, itu buku punya masyarakat karena dibeli pake uang masyarakat).

Buku ini pernah dilarang oleh Kejakasaan Agung di zaman orde baru.
Alasan pertama saya (halah alesan mulu lu!) belum mengembalikan buku itu pertama karena waktu meminjam yang hanya seminggu. Waktu tersebut saya rasa amat kurang untuk sebuah buku setebal empat ratus halaman. Maklum lah saya ini bukan kutu buku, jadi kecepatan baca saya tak secepat para kutu buku. Saya harus mengulang-ngulang sampai dua atau tiga kali pada tiap bab agar mengerti. Ya minimal biar agak nyangkut dikit lah di otak.