"Kita sudah cukup begini, kita hanya punya nama baik, itu saja yang harus kita jaga terus." (Muhammad Hatta)

Pak Mansyur Dari Pos Bitung

Kamis, 15 Februari 2018

Pak Mansyur Sumringah
Aku tak menanyakan berapa dia punya usia, dari poto di atas kau bisa menebak berapa usianya. Kakek tua ini sering terlihat di sekitar pertigaan Pos Bitung. Berjalan mondar-mandir mulai dari lapangan Pertamina hingga kolong tol atau mulai dari masjid Pos Bitung hingga depan gudang Djarum.

Sama seperti kebanyakan orang-orang yang melihatnya, aku melihat dia hanya sebagai lelaki tua yang mungkin sudah pikun. Dan menilainya sejajar dengan orang gila atau gepeng yang selalu aku temui di pinggir-pinggir jalan di Kabupaten Tangerang. Ya secara harta duniawi dia berada satu level di bawah tukang asongan, tukang parkir, atau tukang ojeg pangkalan yang kalah saingan sama orang-orang pintar yang ikut-ikutan ngojeg pakai telepon pintar.

Saat dia duduk istirahat dari panasnya matahari di teras depan tempat kerjaku, aku berani menanyakan siapa dia. Namanya pak Mansyur. Dia bilang asli orang Bitung. Tinggalnya di dekat lapangan Pertamina Bitung. Katanya dia punya anak, tapi anaknya sudah besar-besar. Anak-anaknya juga miskin, ada yang cuma ngojeg sama nganggur, jadi tidak bisa sepenuhnya merawat badannya yang sudah renta.

"Di rumah saja bosan. Mending jalan cari rongsokan. Kalau jalan suka ada yang kasih (makan dan uang)," ujarnya sesekali menenggak minuman berwarna kuning di botol air mineral yang sudah kusam dan dekil. Aku tidak tahu minuman apa yang dia minum, warnanya kekuningan seperti minuman berpengawet yang dijual sachet itu.

Pak Mansyur, semoga 20 tahun lagi negara betul-betul peduli kepada orang sepertimu dengan membangun banyak panti sosial. Juga peduli pada saudara-saudara kita yang sudah menjadi gila, tidak tahu lagi jalan pulang ke rumah karena telah kalah sebagai manusia yang harus terlahir bodoh dan dibodohkan.

Ah 20 tahun lagi? Terlalu lama memang. Itu pun jika para penerus pemimpin negeri ini benar-benar mau bekerja. Bukan cuma berfoya-foya dan duduk leha-leha di tempat hingar-bingar. Bukan cuma mau mengobrolkan kekuasaan sambil sesekali jualan penderitaan rakyat di media-media.

Kalau 20 tahun lagi orang seperti pak Mansyur tidak diurus negara, ya tunggu saja 50 tahun lagi. Atau Seratus tahun lagi. Atau seribu tahun lagi. Atau kalau perlu tunggu sejuta tahun lagi.

-----
Curug Tangerang, 2 Januari 2018.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kalau mau komen silahkan komen. Siapa aja boleh komen, apa aja asal tidak menghina SARA. Woles men...