 |
Sumber gambar: http://brainconnection.brainhq.com/ |
Assalamualaikum, Wr, Wb.
Siapa sih yang gak suka film (yang dalam bahasa Sunda
disebut pilem)?
Orang-orang masa kini tentu saja suka dengan pilem, mulai dari pilem kartun, pilem aksi, drama percintaan, komedi, horor, pilem biru,
dan panas dingin kayak pilem percintaan masa kini yang pemain utamanya bisa
berubah jadi ular terus melawan naga. Pilem beserta turunannya
seperti sineron, telenopela, eptipi, de el el telah menjadi hiburan baru di
masyarakat kekinian dan sekaligus telah menjadi salah satu mata pencaharian
yang sangat WOW (dibaca; industri padat modal) bagi sebagian orang seperti
pemaen pilemnya, rumah produksinya, perusahaan bioskop, perusahaan-perusahaan
tipi, de es be.
Ngomongin film (yang dalam bahasa Sunda disebut pilem),
tentunya para pembaca juga pasti pernah nonton pilem kan? Khususon pilem layar
lebar, yang durasi tayangnya antara 80 sampai dengan 120 menit. Di negeri
tercinta Indonesia, pilem layar lebar atau yang orang kampungan saya bilang
pilem tuwenti wan karena memang pilem itu waktu pertama kali keluar hanya bisa
disaksikan di jaringan bioskop tersebut (meski sekarang ada banyak bioskop sih
selain tuwenti wan). Selain bisa ditonton lewat layar bioskop yang AC-nya
dingin beud, pilem layar lebar juga bisa ditonton lewat internet via situs yang
bikin perih mata karena baner iklannya. Atau lewat DVD bajakan yang sekeping 10
rebu dengan kualitas gambar memprihatinkan. Dan atau juga lewat layar tipi yang
iklannya bujubuneng dan ada kuisnya. Enak beud kan hidup di Indonesia? :D
Saya pribadi sendiri sebetulnya kalau nonton pilem layar
lebar lebih suka nonton di TV (dalam bahasa Sunda disebut tipi). Tipi berbayar?
Tentu saja bukan. Ya di tipi gratisan aja, yang sinyalnya bisa ditangkap pake
antena kawat aja. Hehehe, kenapa eh mengapa? Saya punya 5 alasan, baca aja di
bawah ranjang sini ya: