Buat Muthi, gadis yang selalu aku puja dalam waktu dan
doa-doa
Tak perlu kamu meminta maaf
Kepadaku yang tak pernah jantan memperjuangkanmu
Kepadaku yang tak pernah nyata berkorban untukmu
Justru maafkanlah aku, telah hadir di ceritamu
Mengganggu hidupmu atas nama cinta, meski memang sebenarnya
cinta
Buat Muthi, gadis manis yang senyumnya membuat hati ini tak
berdaya
Kamu bilang, waktuku terbuang sia-sia hanya karena
menunggumu
Ketahuilah duhai neng geulis idaman yang tak pernah menjadi
kabogoh
Dalam berharap pada cinta, tak ada waktu yang terbuang
sia-sia
Dalam berharap pada cinta, tak ada yang sia-sia
Kamu tak pernah sia-sia di cerita hidupku
Buat Muthi, perempuan berhati tangguh yang aku kagumi
setelah ibu
Kamu bilang, yakinlah bahwa aku bisa menemukan yang lebih
baik darimu
Ketahuilah duhai neng geulis yang tak pernah kuberi mawar
bodas
Tak ada yang lebih baik darimu, pun lebih buruk
Semua perempuan itu sama saja
Mereka ingin selalu dipuja-puji, disayangi, dihargai, dan dimengerti
Mereka selalu suka kata rayu gombal yang langsung keluar dari
mulut lelaki
Ketahuilah duhai neng geulis yang tak pernah kurayu dengan
mawar merah
Tak setiap lelaki bisa melakukan itu
Sebagian kecil kaum lelaki adalah pengecut, dan aku ada
diantara itu
Buat Muthi, ini sajak cinta terakhirku
Sebetulnya aku ingin merayu gombal, rayu gombal panjang
dalam sajak ini
Tapi apa daya, kamu memintaku untuk tak perlu lagi berharap
Tentang cinta kepadamu
Tentang rancangan perjuangan dan pengorbangan yang selalu
aku rencanakan
Beberapa diantaranya tak pernah berjalan
Karena bodohnya aku, terlalu percaya kepada perkiraan logis
dan kepengecutan
Buat Muthi, ini sajak cinta terakhirku
Sayangku
Maaf, kusebut kamu ‘sayangku’
Jaga hatimu baik-baik
Jaga kesehatanmu baik-baik
Jaga dirimu baik-baik
Tetap semangat dan tersenyumlah
Buat Muthi, ini sajak cinta terakhirku
Jika kelak Sang Maha Segala Maha mengizinkan aku memiliki
seorang putra
Yang sama persis sepertiku
Akan kuceritakan tentangmu
Akan kuceritakan bahwa menjadi lelaki itu harus jadi
pemberani dan tak boleh cengeng
Sekali lagi aku mohon maaf, setelah tiga tahun perkenalan
dan perjuangan cemen
Ada kata dan makna yang menyakitimu
Terima kasih telah hadir di cerita hidupku
Sampai jumpa
-------------
Tangerang, 07 Juni 2015
Buat Nabilah Muthi Karima, ini cuma sekedar curahan hati
terakhirku
Di antara tangisku kemarin sore dan harapan untuk
melupakanmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kalau mau komen silahkan komen. Siapa aja boleh komen, apa aja asal tidak menghina SARA. Woles men...