"Kita sudah cukup begini, kita hanya punya nama baik, itu saja yang harus kita jaga terus." (Muhammad Hatta)

Mengkritisi Apa Yang Dilakukan Banyak Orang Indonesia Zaman Sekarang

Selasa, 19 November 2013

Ok coy, langsung ajah yachh...

Gw sih sebenernya pengen banyak ngomong, curhat, lebar kayak teronton, di blog nomor 1 ini (Ueeekkkkk....) Tapi apa daya, gw lagi ngeblog di warnet yang ada hitungannya, yang tempatnya berisik banyak anak-anak maen poyinbleng, yang otak-otaknya udah pada ngebleng, kayak toni bleng, yang sableng, yang tengleng, yang pada gak pernah di tempeleng, ato malah gara-gara sering di tempeleng,..??? :D Jadinya gw gak bisa mikir penjeng, soalnya ikut ngebleng...

'Mengkritisi Apa Yang Dilakukan Banyak Orang Indonesia Zaman Sekarang' Itu judulnya, why gw memilih judul yang revolusioner tersebut??? Seperti mengkerdilisasi orang Indonesia, meng-29 my age kan aktualisasi diri, harkat derajat busur cos α dikurang ∑AB' menggunakan cara ritter, Whyyyyy...???

Coba lu liat ajah, pernahkah lu merasa bimbang, tegang, kacau, meracau, galau waktu melihat, membaca atau mendengar bahwa banyak orang-orang desa, atau yang ketururnan desa, yang punya ingin atau sudah menjadi orang kota, dan orang kota, yang tentu sudah orang kota, orang kota Jakarte, Bandeng, Surabaye, De-EL-EL, yang udah hidup serba gahooollll, misal:
A. Ingin kerja jadi artis, atau sok kayak artis, atau mengartiskan dirinya sehingga seolah-olah dirinya adalah kaum jetset yang harus nongkrong di Mall, Karaoke, Cafe, Diskotik, Minimarket 24 jam setiap hari sambil berkostum ala designer terkenal, ala artis, dan korban TV, yang menghamburkan uang, yang kita sebut budaya konsumtip.
 B. Ingin hidup seperti orang-orang barat yang serba canggih dan modern dengan memaksakan mencicil mobil, mencicil elektronik terbaru (itukan gw banget) mencicil motor gede, atau malah menjual banda demi bisa beli motor gede ato mobil bagus. 
C. Ingin hidup seperti di FTV, sinetron, pilem-pilem horor ato pilem Noah Awal Semula, yang punya alur cerita lebay, so sweet, gampang, masa iya, trus berakhir indah, hingga akhirnya mengada-ngada hidup bahwa hidup itu harus dilebayisasi.
 D. Ingin sukses seperti para orang kaya, apalagi anak mudanya  (Eh gw juga pan anak muda) yang selalu ingin berfoya-foya tua kaya raya. Trus hidup serba ikut-ikutan, sampe keliwatan hingga akhirnya kesetanan.
E. Benar Semua....
(Kenapa harus bimbang, tegang, kacau, meracau, galau melihat hal seperti itu lu genk? Itu artinya mereka kan kreatip, dengan budaya konsumtipnya mereka menggerakan ekonomi Indonesia yang katanya udah lumayan mentereng, yang akhirnya memasukan Indonesia ke dalam Negara G-20.)

Alasan gw simple. Simple, yaitu "Krisis Identitas

Terkadang gw sering berpikir, apakah ini Indonesia jika kita melihat di tiap sudut-sudut hiburan malam kota, hiburan modern mahal kota, bahwa sudah banyak orang-orang asli Indonesia yang orang desa bersahaja, menjadi orang-orang yang berpola pikir absurd (elu genk yg absurd mah) yang selalu berpikir bahwa kita harus hidup dan diciptakan sebagai orang kota yang dinamis, modern, barat, intelek, gahoolll tapi mencaci-caci, tidak peduli dan tidak tau diri bahwa siapa kita sebenarnya, sebagai orang timur, sebagai yang bersaudara, sebagai yang beradat.

Gw khawatir, dengan terus seperti ini, khususnya anak-anak muda Indonesia tidak akan memiliki tubuh yang kuat, jiwa yang sehat, sikap yang bersahaja dan pekerti yang berbudi ketika kelak mereka akan menjadi pewaris tunggal bangsa ini. Krena mereka hanya diwarisi oleh embel-embel surga dunia, manja dan takabur.

Gw khawatir tidak akan ada lagi sawah, karena para anak pemilik sawah tak lagi mewarisi sawah dari bapak mereka. Mereka hanya diwarisi kehidupan duniawi yang modern dengan adat yang seenak jidat.

Gw khawatir tidak akan ada lagi bahasa-bahasa daerah kelak, yang semakin terkikis oleh bahasa persatuan yang telah dimodifikasi sehingga menjauh dari Ejaan Yang Disempurnakan, bahkan bahasa persatuan itu lambat laun kalah bersaing dengan bahasa asing karena bagi mereka yang sudah orang kota, bahasa inggris dan bahasa negara-negara adikuasa adalah simbol kemajuan, simbol bahwa itu lebih penting ketimbang bahasa yang sering diucapkan kakek-nenek kita.

Gw khawatir tak akan ada lagi adat gotong royong, senyum sapa di jalanan, kebersamaan dan kesempurnaan desa. Itu kelak akan hilang, karena anak-anak kita hanya diwarisi globalisasi omong-kosong yang liberal, yang katanya menjunjung Hak Asasi tapi mengkerdilkan idealisme kita sebagai bangsa yang berbudaya.

Gw khawatir tidak akan ada lagi bangsa yang besar kelak di masa depan, Bangsa Besar Indonesia yang menghargai perjuangan para pahlawan, yang menjunjung tinggi pancasila, yang nasionalis, yang tak akan pernah gentar di injak-injak bangsa lain, karena anak-anak kita hanya diwarisi berita-berita kebodohan, kemunafikan dan kekerasan.

Gw khawatir.... (Terlalu lebay kekhawatiran elu genk.)

Demikian, itu saja cerita gw, cerita yang aneh dan mungkin lu yang baca 'teu ngarti' kan...???
Hahahahaha.... Mohon maaf bila endingnya jelek. Mohon maaf pula kalo merasa di kritik, karena sebenenrnya tulisan ini mengkritik gw juga yang sebentar lagi akan mengkota.
Pisss... Salam super... Makaroni Teguh

------------------------------------------------
Tangerang, 19 Nopember 2013
00:32 WIB
------------------------------------------------

2 komentar:

  1. bagus sekali tulisannya. Tadi aku juga ngobrol sama tetangga, sekaligus menyindir dia, bahwa anak anak jaman sekarang ini kalau diajak omong sama orang tua, dia menjawab pakai bahasa indonesia

    biar diperkirakan budaya boso jowo alus akan punah mungkin sepuluh tahun lagi..

    BalasHapus
  2. Setidaknya dgn tulisan ini kita tau, masih ada anak muda yg peduli.. :D

    BalasHapus

Kalau mau komen silahkan komen. Siapa aja boleh komen, apa aja asal tidak menghina SARA. Woles men...